Saturday, 23 June 2012

Pembentukan kepribadian

0 comments
Tidak terasa tujuh bulan berlalu, dari kelulusanku menempuh studi di program diploma satu tahun, memang saat saat seperti ini adalah saat paling berat, kedewasaan dan keputus asaan sangat diuji manakala kita harus meninggalkan bangku pendidikan dan menuju kehidupan yang nyata (Bekerja).

Entah sudah berapa kali aku, membuat surat lamaran dan mengirimkannya, namun tidak satupun yang berbalas, dilain sisi kondisi keuanganku tidak seperti waktu sekolah dulu yang selalu mendapat jatah setiap harinya namun sekarang meminta uang ke orang tua hanya pada waktu tertentu dan dengan alasan yang memang benar benar penting.

Keadaan memang berbalik 180 derajat, dulu semuanya seperti indah, aku merasa sangat bersemangat, karena sangat dibutuhkan, mempunyai banyak teman dan selalu menciptakan hari hari yang indah, namun sekarang mereka telah meninggalkanku, aku tidak lagi dibutuhkan, aku tidak mempunyai sesuatu yang patut untuk dibanggakan lagi, kecuali mimpi yang belum menjadi kenyataan, kadang aku ingin kembali kemasa masa itu, masa dimana masih sekolah, yang ada cuma minta uang ke ortu dan belajar tanpa harus memikirkan beban hidup.

Disuatu hari datang sebuah surat panggilan kerja yang datang dari alumnusku, sebuah surat panggilan yang sebelumnya aku telah dinyakan gagall test, kubuka secara berlahan dan kubaca secara seksama isi dari panggilan tersebut, disana tertulis bahwa alumnusku menginginkan aku untuk bekerja sebagain asisten dosen laboraturium komputer. Sebuah pekerjaan yang sangat aku impikan karena dari dulu aku sudah menekuni bidang komputer dan menginginkan bekerja dengan menggunakan komputer. Namun mengingat proses penolakan waktu itu, rasanya enggan untuk aku terima.

Masih teringat jelas bahwa waktu itu aku dinyakan gagal test hanya karena permasalahan yang diada adakan, hanya karena aku tidak bisa menjawab pertanyaan yang memang tidak pernah diajarkan oleh mereka terus aku dinyatakan gagal. dan sekarang mereka menginginkan ku untuk kembali. Dengan tegas aku tolak permintaan tersebut dengan cara tidak menjawabnya sampai akhirnya kedaluarsa.

Sejak hari itu aku tidak lagi membuat surat lamaran lagi, antara putus asa dan pasrah, aku hanya terdiam dirumah sambil sesekali mengerjakan pekerjaan kerjinan tangan (membuat sauvenir) dan mendatangkan sedikit uang, satu satunya harapanku adalah doa, dan berusaha menjalani kehidupan dengan sepenuh hati.merusaha menelan apa adanya sekalipun terasa pahit.

Lambat laun aku menjadi seorang yang introvert, seorang yang pendiam, mungkin karena orang orang yang ditemui hanya itu itu saja dan tidak adanya seorang yang bisa dijadikan sharing untuk membicarakan masa depan, lama lama hidupku sudah masuk dalam suatu pola dimana aku selalu bangun siang untuk bekerja dan sore harinya suka untuk merenung dan selalu berharap dan berdoa untuk menggapai semua yang aku cita-citakan. walaupun aku tahu itu mustahil tapi aku tidak peduli.

Aku Tidak lagi mengharapkan Doaku Untuk Dijawab, Namun Aku tidak pernah berhenti meminta dan berdoa karena hanya itu yang mampu aku lakukan.



Leave a Reply

Labels